Kamis, 02 Juli 2009

Do’a Seorang Akhwat

Ya Allah…


Jadikanlah aku seorang wanita yang sholehah…
Yang hatinya dibalut rasa taqwa kepada-Mu…
Yang jiwanya penuh penghayatan terhadap dien-Mu..
Yang senantiasa haus dengan ibadah kepada-Mu..
Yang senantiasa dahaga akan mengharap ridho-Mu….
Yang tidak pernah takut untuk berkata benar….
Yang tidak pernah gentar untuk melawan nafsu…
Yang senantiasa bersama bersama para mujahiddah-Mu…


Jadikan aku seorang wanita yang sholehah…
Yang dapat menjaga tutur katanya…
Yang tidak bermegah dengan ilmu yang dimilikinya…
Yang tidak bermegah dengan harta dunia yang didapatnya…
Yang senantiasa berbuat kebajikan karena sifat penyayangnya…
Yang mempunyai banyak sahabat dan tidak memiliki musuh...

Jadikanlah aku seorang wanita sholehah…
Yang menghormati suaminya…
Yang senantiasa berbakti kepada orang tua dan keluarga…
Yang bakal menjaga kerukunan rumah tangga…
Yang akan mendampingi suami dalam mendidik anak-anaknya untuk mendalami islam..
Yang mengamalkan hidup penuh kesederhanaan…
Karena dunia baginya adalah rumah sementara menuju akhirat…


Jadikanlah aku wanita sholehah…
Yang selalu menjaga lisan,penyayang keluarga dan suaminya kelak…
Suaranya selalu mengumandangkan dzikir…
Tidurnya lelap dengan cahaya keimanan…
Bangunnya subuh penuh kesigapan…
Karena sadar betapa indahnya menjadi wanita sholehah melebihi perhiasan apapun di dunia…
Semakin sadar bertambah usianya bertambah kematangannya…


Jadikan aku wanita sholehah…
Yang senantiasa mengabdikan diri untuk menjadi mujahiddah-Mu…
Yang baginya hidup di dunia adalah ladang akhirat.
Yang mana buah kehidupan itu perlu dipelihara dan dijaga…
Agar tumbuh putik tunas yang bakal menjaga dirinya di hari akhir nanti…
Meneruskan pejuang islam sebelum hari kemudian…


Jadikanlah aku wanita sholehah…
Yang tidak terpesona dengan buaian dunia…
Karena aku memimpikan surga-Mu…


Amin..Amin..Ya Robbal ‘alamin…

Pengagum Paus Pun Bersyahadat

Oleh: M. Syamsi Ali, M.A

dakwatuna.com - Sekitar tiga bulan lalu, seusai shalat Jum’at, seorang pemuda yang masih sangat belia mendekat dan menyapa. Sambil salaman, sang pemuda itu menyampaikan keinginan untuk berbicara dan bertanya mengenai Islam. Dalam benak saya ketika itu, pemuda ini adalah orang Bosnia atau palingan dari Kosovo. Tapi ketika bertanya dengan pertanyaan yang hampir menjengkelkan, misalnya, kenapa kalau shalat itu harus bungkuk? Saya jadi curiga, jangan-jangan memang dia bukan Islam.

“I am sorry but I have to leave!”, kata saya ketika itu. “Sir, I really want to know Islam. Can you suggest me a place to learn?”, tanyanya.

Segera saya tanya “Sorry to ask you. Are you a Muslim?”. Sambil tersenyum dia menjawab “No sir! I live around the mosque, and often time I come to this mosque on friday to listen to you”.

Barulah saya sadar bahwa pemuda ini memang bukan Islam, sehingga pertanyaan-pertanya an yang ditanyakan terkadang nggak masuk akal untuk dipertanyakan. Saya kemudian menganjurkan dia untuk bergabung di Islamic Forum for non Muslim setiap hari Sabtu. Sambil salaman dia berjanji untuk datang keesokan harinya. Saya merasakan kesungguhan dan keinginan yang tinggi untuk tahu Islam dari pemuda ini.

Keesokan harinya, dan bahkan jauh sebelum kelas dimulai, pemuda ini sudah hadir. Dia datang lengkap dengan buku catatan, bahkan nampak membawa alat rekaman. “Hi, I am sorry that I did not ask your name yesterday”, saya memulai. “Morning sir, my name is Harry Shuluk”, jawabnya. Saya terkejut karena seingat saya banyak juga orang Indonesia yang bernama “Harry” (Hari atau Heri). “That’s an Indonesian name”, kata saya. Sambil tertawa dia mengatakan bahwa nama itu juga banyak dipakai di Poland. Orang tuanya adalah warga Amerika keturunan Poland.

Setelah shalat kita pun memulai diskusi tentang Islam dari beragam sudut, termasuk pentingnya berbuat baik kepada sesama manusia. Biasanya memang diskusi di Forum tersebut tidak fokus ke sebuah subjek khusus. Subyek yang didiskusikan biasanya tergantung kepada situasi riil yang ada saat itu, misalnya pada musim haji kita mendiskusikan lebih banyak mengenai haji. Atau boleh jadi juga tergantung juga kepada pertanyaan awal yang disampaikan.

Siang itu, Harry nampak serius dan tidak banyak bicara. Bahkan hampir selama 2 jam diskusi itu sang pemuda yang belakangan saya ketahui baru berumur 19 tahun itu dan mahasiswa pada NYT-Long Island, hanya mencatat. Bahkan diawal diskusi dia meminta untuik merekam diskusi tersebut “Is it possible to record it?”, tanyanya. Saya memang tidak pernah keberatan, sebab apa yang didiskusikan semuanya murni subyek agama.

Demikianlah, si Harry ini datang dua, tiga atau empat kali ke kelas. Suatu ketika tiba-tiba saya dapat email menanyakan tentang kebersihan rumahnya untuk shalat, karena menurutnya orang tuanya punya anjing piaraan. Tapi yang lebih mengejutkan lagi ketika dia mengatakan “I did convert!”. Saya langsung email balik dan menanyakan di mana dan kapan dia masuk islam? Setahu saya, Harry tidak mengenal siapa-siapa selain saya selama ini.

“I converted in my room!”, jawabnya. Waktu pertama saya menerima email itu saya kira Harry ini bercanda. Lalu saya minta dia menelpon saya, lalu saya tanyakan keseriusan dia memeluk Islam. Setelah dialog beberapa saat, saya dapatkan rupanya dia salah paham dengan penjelasan saya bahwa untuk menjadi Muslim hanya dengan mengucapkan dua kalimah syahadah. Itulah yang dia lakukan sendiri tanpa saksi. Tapi ketika dia melakukan itu, dia sungguh dan ikhlas karena memang telah yakin dengan ajaran ini.

Jum’at setelah pembicaraan itu saya ajak Harry untuk sekali lagi mengikrarkan syahadah “Laa ilaaha illa Allah-wa anna Muhammadan Rasul Allah” di hadapan ribuan jama’ah yang hadir. Nampak dia bangga dengan keislamannya dan dia dengan mantap mengatakan “I really want to be a good Muslim”.

Di suatu hari kita semua berbicara tentang kisah masing-masing. Itu berawal ketika ada seorang peserta yang menanyakan ke saya “How did you decide to be an Imam?”. Dalam benak mereka, Imam itu sama dengan pendeta atau Rabbi yang memang ada sekolah khusus. Saya katakan, saya tidak pernah merencanakan menjadi Imam, tapi kenyataannya orang-orang justru yang memanggil saya sebagai Imam. Mungkin ini adalah realita bahwa hidup itu semuanya ada dalam geggaman Ilahi, kata saya ketika itu.

Saya kemudian meminta kepada beberapa untuk berbicara mengenai kisah hidupnya, dan bagaimana dia sampai sekarang ini ingin belajar Islam. Ada yang mau dan kebanyakan menolak untuk berbicara. Harry yang biasanya lebih banyak diam, sambil tersenyum angkat tangan. “My grand dad came from Poland”, katanya memulai. Dia bercerita cukup panjang mengenai orang tuanya, yang menurutnya, “not that much religious, but proud to be Catholics.” Harry tumbuh besar dalam rumah tangga yang bangga dengan Katolik, dan bahkan kata Harry “I was crazy about Pope John II”.

Ketika saya tanya, kenapa kagum dengan Pope John? Dia jawab, bahwa sosok dia bagi Harry tidak saja sangat Karismatik dan bijak, tapi lebih dari itu, dia pernah berkeyakikinan bahwa Paus itu adalah representasi tuhan. Sehingga hubungan ‘emosi” dengannya merupakan bentuk pengabdian dan kecintaan kepada tuhan itu sendiri. “But now, all this was a history!”, katanya sambil ketawa.

Alhamdulillah, hari demi hari Harry melaluinya dengan kehidupan baru sebagai Muslim. Bahkan walau sibuk dengan kuliahnya, dia sennatiasa mengirim email menanyakan banyak hal. Dia ingin sekali mengamalkan agama ini secara sempurna. Bahkan akhir-akhir ini dia nampak menjaga janggutnya, walaupun dia tetap mengatakan bahwa ini hanya karena kecintaan saya kepada Rasul. Dia ingin memberi zakat, tapi dia hanyalah seorang pelajar. Akhirnya dia menanyakan jika dia bisa melakukan amal di masjid (suka rela) sebagai pengganti zakat itu.

Terakhir, Harry rupanya mencari nama baru lewat sebuah buku yang dibelinya. Dia memilih nama Abdul Wadud. Ketika saya tanyakan alasannya memilih nama itu, dia menjawab ” I wanted to be a loving servant of God!” tegasnya.

Semoga Harry, dan semoga jalan anda menuju ridho Allah selalu terjaga!

New York, 16 Desember 2008

FameGathe BEM-J IPB 2009


Kemarin, tanggal 1 Juni 2009 Departemen PSDM BEM-J IPB mengadakan acara "Family Gathering" di Curug Panjang. Dan yang menjadi tantang pada kali ini adalah wita harus pake ROK!!! Karena udah niatin istiqomah untuk pake rok dari SMA. Tapi ini pertama kalinya wita pergi ke alam pake rok. Sebenernya  sedikit ragu coz musti susurin sungai, manjat tebing, manjat air terjun,dll pake rok... Tapi... PASTI BISA!!!!   n_n
Sehari sebelum sedikit kesel juga sama jagoan-jagoan JAKPOL (Dep. Kebijakan Politik) karena mereka ngompor-ngomporin untuk pakai celana ajj. "Demi keselamatan" katanya. Tapi kan selamat tidaknya itu KUN FAYAKUN-Nya Allah...Iya kan?? Jadi wita adem-ademin ajj denger kritik para jagoan itu. 
Pas hari H, ternyata wita sekelompok sama neng, fany, lily, ka sidiq, ka fadly, ma abiem. Pas mulai perjalanan ternyata memang rada repot sih pake rok karena musti manjat-manjat batu segede alaihum gambreng (hehehe...lebay amat ya?!  n_n) , belum lagi pas musti berenang sama pas manjat air terjun di posnya ka satria... wuidih.... serasa pengen nangis.. Wita udah ketakutan banget coz gag bisa berenang (airnya dalem banget, dan wita gag kebagian baju pelambung gitu).... . Tapi bismillah ajj.. Bukankah Allah selalu bersama hamba-Nya yang membantu Agama-Nya....  n_n
Akhirnya sampe pos akhir juga, badan serasa mati rasa saking yang sakit itu sekujur badan. Untung ada neng yang nyemangatin.... Syukron ya ukhti...  n_n
Tapi tetep....qta gag lupa buat ngabadiin moment ini.... FOTO-FOTO tentunya...!!!
Selesainya kita-kotor-kotorab plus basah-basahan kita makan-makan perdepartemen. Dan disini jagoan-jagoan jakpol pada bawel minta makan.. Hihihi... lucu!! Pada kayak anak bocah makannya...

Sebelum pulang (jadwal ngaret.. harusnya pulangnya pas ashar tapi karena ada satu hal dan lainnya, jadinya qta pulang magrib dari sana...  T.T)  qta tuker kado dulu.... Wita dapet al-matsurat... senangnya.....   n_n   Trus dapet kado istimewa.... Anak kucing yang gag mau copot dari kepala wita....  n_n

Pas pulang di angkot langsung tepar... TIDURR.....  Tapi tampaknya "baterai" para jagoan jakpol masih sisa setengah.. Coz, mereka pada ribut (aca wiwih....)......

Inilah keindahan ukhuwah lainnya... Walaupun perlu baterai extra untuk "berjuang" menegakkan panji-Mu disini Ya Allah... Tapi kuatkanlah aku dan teman-temanku.... Untuk terus menegakkan panji-Mu disini.... Innallaha ma'ana....  HAMASAH!!!!  n_n




salam perjuangan yang tiada henti...
-pujangga jakpol-